Jumat, 14 Maret 2014

ALASAN TUHAN MENYATUKAN KITA









Renungkan sejenak sebuah pertanyaan,
“Mengapa kita harus bersyukur dengan siapa-PUN kita dijodohkan oleh Tuhan??”

Seorang teman, perempuan, mengatakan akhirnya dia jauh lebih bersyukur dan merasa beruntung memiliki suaminya setelah melakukan perselingkuhan dengan mantan pacarnya. Dikarenakan sang mantan hanya mampu bermulut manis padanya, banyak mengumbar janji, dan pada akhirnya pun pergi meninggalkan dirinya dengan perasaan hancur lebur.


Saya lemparkan ucapan jujur kepadanya, “Salah kamu sendiri.”, saat dia bercerita diantara amarah dan kesedihan. Loh, mengapa? Satu, perempuan itu sudah menikah. Dua, sang mantan juga sudah menikah, jika bertemu dan mengikat kembali kisah masa lalu, kemudian dia begitu mudahnya terbuai rayuan sang mantan, apakah itu bukan karena dia mengijinkan semua terjadi? Ketika semua berakhir tidak indah, mengapa hanya marah pada lelakinya? Bukankah dia juga berperan dalam penulisan sebuah cerpen pendek tentang mereka?

Saya merasa kasihan. Juga tidak menyukai caranya menemukan rasa syukur terhadap apa yang sudah dimilikinya. Tetapi, jika kita mau berpikir, di situlah ada cara Tuhan menegur dia, agar bisa belajar menerima dengan siapa Tuhan memberikan pasangan hidup untuknya.



Memang benar apa yang sering kita dengar, bahwa rumput tetangga selalu jauh lebih tampak hijau dari rumput sendiri. Dia memiliki suami yang pendiam, mungkin kurang romantis, tidak gampang merayu dengan kata-kata manis yang mampu melambungkan hatinya, dan terkadang terkesan cuek. Karena itu ketika bertemu sang mantan, dia merasa menemukan sesuatu yang tidak dimiliki suaminya. Sesuatu yang dirindukan.

Katanya sang mantan itu humoris, romantis, pandai merayu, seorang yang “a nice guy” sekali dan mempunyai obrolan-obrolan seru yang mampu membangkitkan kembali perasaan yang tertidur. Dikatakan pula ada sebuah pertanyaan mendalam di antara mereka, “mengapa kita tidak dipertemukan sebelum saling terikat sebuah pernikahan?” Pun juga, “seandainya jika kita bertemu lebih awal dan menikah ,,,”


Maka kata “andai” dan kembarannya si “seandainya” menjadi ladang favorit buat mereka berdua merajut rindu. Mendengarnya saya jadi berkata.. (dengan jujur tentu saja, walaupun itu menyakitkan)


“Itukan hanya yang tampak dari luarnya saja. Di mana-mana, saat masa pedekate, yang diliatin pasti yang baik-baik kan? Belum tentu jika kalian menikah dengan dia akan jauh lebih baik dari suamimu yang sekarang. Kalian dulu terpisah, itu artinya tidak berjodoh, lalu sekarang kamu menikah dengan suamimu artinya kalian berjodoh. Jangan mencoba-coba berandai-andai pada takdir Tuhan. Siapapun jodoh kita itulah yang paling cocok dengan kita. Kekurangannya akan kita tutupi dengan kelebihan kita, pun demikian sebaliknya.”


“Tidak akan habisnya jika kita terus melihat milik orang lain yang tidak kita punyai. Satu hal yang terkadang manusia kurang memahami, bahwa Tuhan pasti mempunyai tujuan dan rencana mengapa kita dipasangkan. Ada banyak pesan dariNya yang harus kita temukan di setiap kejadian, termasuk dengan siapa kita dijodohkan olehNya. Itu tugas kamu, tugas kita semua, salah satu makna kita hidup di sini.”

Maka begitulah, saya yakin, jika menemukan pesan tersembunyi dari Tuhan, mau memahami maknanya, kita akan jauh lebih bersyukur dengan hidup. Dengan apa yang kita miliki. Bersyukur dengan siapa pun suami atau istri kita, tanpa harus melakukan perselingkuhan dulu baru kita sadar. Terima dia dengan kekurangannya.


Lalu ingat satu hal, ini penting walaupun harus diulang-ulang pengucapannya, Tuhan tidak akan memberikan apa yang kita inginkan tetapi apa yang kita butuhkan, dan Dia-lah yang Maha Mengetahui semuanya.






Okt 12,2013
20:35


Tidak ada komentar:

Posting Komentar