Jumat, 31 Januari 2014

KARENA KITA ADALAH SANG PENYEJUK HATI


Kodrat saya adalah sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu. Dengan begitu banyaknya kekurangan yang menempel dalam perilaku, pemikiran maupun ucapan, membuat saya berpikir, jika dalam biduk rumah tangga ini, kekurangan-kekurangan itu masih terpegang teguh, maka yang ada adalah seperti menyiram racun pada dahaga. Mati. Akan semakin memperburuk tujuan dari sebuah pernikahan.

Apa itu?

Tentu saja beribadah...

Banyak hal dalam rumah tangga ini bisa menghasilkan pahala. Iya, banyak. Sebagai suami, lelaki adalah seorang imam, salah satu ladang ibadahnya adalah bekarja menafkahi keluarga serta mendidik istri dan anak-anaknya agar berjalan di jalan Allah. Lah, kalau kita, apa ladang ibadah kita?

Lebih banyak lagi... bukankah peran kita di sini ada dua, sebagai istri dan ibu... iyakan?

Yang paling utama itu menghormati suami, itu penting. Mungkin terkadang kalau marah kita kambuh, omongan jadi buruk, kebiasaan wanita, ngomel dari utara ke barat belok lagi ke timur lalu lari ke selatan. Tidak selesai-selesai. Malah dalam banyak kasus, berani menunjukan jari ke muka suami. Astaghfirullohal'adhzim.. itu sudah termasuk mendurhakai suami, dosa besar.

Contohnya seperti saya, sering memoncongkan bibir kalau sedang marah, manyun, walaupun tidak mengomel seperti kebiasaan wanita lain, tetap saja itu buruk. Senyum sama suami walaupun sedang marah memang susah. Sangat. Tetapi ingat, demi ibadah, mana ada ibadah di jalan Allah itu mudah, iya kan?

Kedua, adalah menciptakan ketenangan di hati suami, itu juga penting. Kehadiran kita seharusnya sebagai penyejuk mereka. Sejuk dipandang mata, sejuk didengarkan telinga, pun sejuk dirasakan dalam hati. Berhenti manyun, cemberut, mengomel, berkata kasar, termasuk hal yang menyejukan mata dan telinga. Juga berdandan cantik, bersih, wangi. Nah, kalo yang menyejukan hati apa loh?

Tidak menuntut melebihi yang bisa diberikan suami, tidak menjudge terlalu ekstrim ketika suami sedang berbuat kesalahan, tidak membuka aib dan kekurangan suami, mendukung setiap keputusan suami, walaupun memiliki pemikiran lain, setidaknya menyampaikan dengan baik. Mendidik anak-anak dengan baik, tidak tergantung pada suami, tidak sering mengeluh tentang hal yang sepele, dan menjadi istri harus mandiri, harus bisa menyelesaikan setiap masalah yang timbul tanpa harus menyeret-nyeret suami agar ikut tenggelam dalam permasalahan. Banyak sebenarnya, tidak mungkin saya jabarkan satu-satu di sini. Kita sebagai istri harus mengerti posisi dan bagaimana bersikap sebagai istri yang baik, sesuai dengan kodrat dan norma agama kita.

Jika memang suatu permasalahan butuh diputuskan berdua, baru kita rembug bersama suami. Itu perlu. Tetapi pada dasarnya, lelaki sangat menghargai istrinya jika dia sangat mandiri dan berkemampuan menyelesaikan masalah rumah tangga (yang tidak terlalu berat) dengan cara-cara mereka sendiri. Itu sangat membuat suami takjum pada kita! Mereka akan semakin mengagumi istrinya. Ingat itu ...

Jadi, saat ini pun, saya yang juga belum menjadi seorang istri yang baik, tengah belajar memperbaiki segala kekurangan saya. Bagaimana dengan anda? Masih bisakah kita menjadi penyejuk hati suami kita sendiri?

Ayo bunda, kita berusaha bersama ^^ semoga Allah meridhoi semua jalan ibadah rumah tangga kita.. aamiin..




Des 20, 2013
14:37

KARENA KALIAN ADALAH SEORANG IMAM


Seharusnya, dalam sebuah rumah tangga, suami harus memiliki tingkat kesabaran yang tinggi. Kenapa? Karena dia adalah seorang imam, yang berkewajiban mendidik istri dan anak-anaknya. Itu tidak mudah, dibutuhkan kesabaran yang besar. Kalau istri berbuat salah, harus diarahkan, dibimbing agar kemudinya tidak melenceng lagi. Bukan malah mendiamkan atau bahkan meninggalkannya.

Banyak kejadian, di mana saat suami sudah merasa tidak nyaman lagi di rumah, dikarenakan sang istri sering mengomel, rumah tampak jorok, atau kesalahan-kesalahan yang lainnya, mereka malah pergi. Sering pulang malam, lebih cepat marah dan menjadi kasar, bahkan lebih ekstrim lagi, selingkuh. Kekurangan istri dijadikan sebuah alasan untuk membenarkan perselingkuhannya. Astaghfirullohal'adhzim..

Apa iya seperti itu seharusnya?

Pernikahan itu adalah ladang ibadah. Mendidik istri di jalan Allah, mengarahkan kembali ke kodratnya, itu adalah ibadah! Memang tidak akan mudah seperti mengarahkan ke mana anjing harus berjalan dengan rantai di leher. Terlebih dengan sifat dasar kaum wanita, yang kebanyakan bawel, cerewet, matrealistis, pecemburu, penguntit yang handal, mudah sekali curiga, bla bla bla...apapun itu, banyak sekali.

Tapi hei, ibadah itu memang tidak gampang. Jika memang sebuah pahala itu begitu mudah didapatkan, maka semua manusia di dunia ini akan masuk surga! Dan neraka akan kosong, yang ada hanya para syaitan yang manyun kesepian di lorong-lorong gelap neraka.

Tidak ada satu pun jalan kebaikan di jalan Allah itu mudah, tidak sama sekali! Karena itulah pahala itu ada bagi mereka, manusia yang mau ikhlas dan sabar. Pahala, butuh diperjuangkan!

Jadi renungkan kembali apa arti menjadi seorang imam yang sebenarnya. Jika pemimpin saja berbudi bobrok, maka yang dipimpin pun jauh lebih bobrok. Na’udzubillah.. apa mau rumah tangga yang seperti itu?

Bagi saya, dalam kehidupan itu, hukum timbal balik itu ada, sebab akibat itu nyata. Bisa jadi kesalahan-kesalahan istri terjadi juga karena sang suami kurang tepat menjadi seorang imam yang baik dalam rumah tangganya.

Mari kita berdoa, semoga Allah SWT senantiasa menjaga hati para suami agar berhasil menjadi imam yang baik, pun menjaga hati para istri agar menjadi penghangat dalam rumah tangga dan menghormati suaminya apa adanya dia..

Aamiin...



Des 20, 2013
14:00