Selasa, 15 April 2014

NIKMAT DARI ALLAH



 

“Bund, lihat ini,” suamiku yang sedang tertidur di samping, tiba-tiba menyodorkan beberapa lembar kertas. Aku yang sedang asyik bermain Blacberry seketika melirik ke arahnya, mengamati kertas-kertas yang penuh dengan tulisan tercetak tebal itu.

“Apa itu?” tanyaku.

“Lihatlah, dari gaji Panda yang selama ini, sekarang jadi segini.” Jari suami menunjuk sebuah deretan nominal angka, “alhamdulillah ya, Bund?” lanjutnya.

Kulihat angka-angka itu. Jumlahnya lebih besar dari gaji suami.

“Bukan ini saja, Panda juga mendapatkan tunjangan makan dan uang transport setiap hari. Belum lagi tunjangan lain, seperti pengobatan, tunjangan hari tua dan THR, yang selama ini tidak pernah Panda dapatkan. Nanti jika anak-anak sakit dan opname di rumah sakit, kita tidak perlu keluar uang lagi.”

Suamiku terus beceloteh dengan riang, menjelaskan satu persatu manfaat yang telah dia dapatkan dari kenaikan status kepekerjaannya. Dari golongan A menjadi golongan A1.

“Alhamdulillah ...” kusebut kata hamdalah, bersyukur kepada Allah SWT. Yang telah meluluskan perjuangan suami dalam lima tahun.

Selama bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pakan ternak ternama di Indonesia, PT. JAPFA COMFEED INDONESIA Tbk, suami masih berstatus pegawai kontrakan. Sudah berkali-kali dia mengikuti tes kenaikan status, namun selalu kalah dengan pesaing yang rata-rata bergelar S1. Sedangkan suamiku hanya lulusan Sekolah Menengah Atas.

“Gung, kamu itu sebenarnya memiliki skill yang lebih berkualitas daripada pesaingmu. Hanya saja, bos besar lebih memprioritaskan yang begelar sarjana. Kemampuan Bahasa Inggrismu oke, bahkan melebihi aku. Lalu adminitrasimu juga lumayan, kamu teliti. Cuman ya itu, keputusan bos besar.”

Demikian kata Pak Tony, kepala cabang di Gedangan. Suami hanya pasrah dengan ketidakberuntungannya.

Dua tahun lalu, sempat suami down berat karena kembali tidak lulus. Begitu pulang kerja, badannya lemas. Dari wajahnya tersirat kekecewaan yang besar. Memang sejak kelahiran putri kami, Afiqha, aku sudah tidak bekerja lagi. Dan semua tanggungan hidup dibebankan ke pundak suami seorang diri. Anak tiga, dua diantaranya bersekolah. Uang makan, uang transportasi, cicilan rumah, dan keperluan lainnya. Tetapi suami tidak pernah menyerah. Setiap ada peluang di luar kerja kantor, dia selalu sigap menangkapnya. Ikut teman meretail mobil, bisnis tiket pesawat terbang online, disewa mengantarkan orang ke luar kota, ya apapun itu.

Dia suami yang sangat bertanggung jawab. Dan aku bersyukur memilikinya. Pulang kerja hingga tengah malam, besoknya harus bangun pagi untuk kembali bekerja. Subhanalloh ....

Tahun 2013 suami kembali mengikuti test kenaikan status. Kala itu, dia tidak begitu menaruh besar harapannya. Sekedar mengikuti dan berdoa saja. Jika memang ini adalah rejeki, pasti akan dia dapatkan.

Menunggu lama hingga bulan ketiga tahun ini, akhirnya tiba juga kabar baik itu. Beberapa hari lalu, suamiku Agung Budi Nugroho, telah menandatangani surat perjanjian kerja tertanggal 1 April 2014.

Maka, nikmat mana lagikah yang akan kau dustakan ^^ Allah akan selalu memberi setelah kita berjuang dengan sabar dan tidak berhenti untuk selalu berdoa, meminta kepada-Nya. Cukup percayalah kepada-Nya, karena janji Allah itu nyata.



Nda, 160414

Tidak ada komentar:

Posting Komentar