Kamis, 13 Agustus 2015

SEGENGGAM AIR BAH DI ATAS LOTENG - KUMPULAN FLASH FICTION TERBAIK LOVRINZ AND FRIENDS


Selamat Datang di Dunia Kami

 


 
 

Judul Buku : Segenggam Air Bah di Atas Loteng
Penulis : LovRinz and Friends
Terbitan : LovRinz Publishing, Agustus 2015
Dimensi : 13 x 19 cm; viii + 143 halaman
ISBN : 978-602-0849-31-7
Harga : Rp. 39.900,-
 

Setelah sukses dengan buku kumpulan Flash Fiction pertama dan kedua sebagai salah satu buku best seller, LovRinz kembali menghadirkan buku ketiga. Masih tentang cerita-cerita dengan ending yang mengejutkan, namun kali ini semakin unik dan berwarna, tidak hanya didominasi oleh cerita horor dan berdarah-darah (ada beberapa opening yang memang seakan-akan itu menyeramkan, namun Anda akan ditipu mentah-mentah ketika telah menjejakkan kaki Anda ke akhir cerita).

 

Keunikan lain di buku ketiga ini, adalah penggunaan narasi yang semakin matang pada setiap penulisnya. Sebutkan saja Durroh Fuadin Kurniati yang juga pernah menjadi salah satu kontributor pada buku pertama, Subuh yang Paling Sunyi. Ibu muda ini sudah semakin lihai mempermainkan kalimatnya. Demikian juga dengan Rinidiyanti Ayahbi, Anda akan dibuat menggeleng-gelengkan kepala pada bahasa narasi yang indah namun tidak ber-lebay pada tiga karyanya dalam buku ini. Keotentikan seorang Jeli Manalu pun jangan sampai Anda lewati. Seorang wanita dengan irama yang unik dalam menyusun kalimat.

 

Ada empat belas penulis yang dipilih dari #KelasTantangan di grup kepenulisan LovRinz and Friends dalam buku ketiga ini. Masing-masing mengusung karakternya sendri. Saya berani jamin, Anda akan menemukan sesuatu yang beda, sebuah Flash Fiction yang tidak biasa dalam buku ini.

 

Jadi, untuk apa Anda melewatkannya? Mari tenggelamlah bersama kami, dalam sebuah dunia yang tidak pernah Anda bayangkan!

 

....

 

PAGI baru saja melata ketika kulihat para lelaki itu datang berbondong-bondong dengan celurit yang menyeringai di tangan mereka. Jantungku seketika tersibak. Ketakutan yang menusuk-nusuk itupun datang. Perih. Kudengar jeritan-jeritan di ujung, lalu lolongan tangis yang menyayat. (Pembantaian – Ajeng Maharani)

 

JONO terisak. Namun sang bapak tidak menggubrisnya. Lelaki paruh baya itu tetap melanjutkan aksinya memotong sedikit demi sedikit bagian tubuh Jono. (Biarkan Aku Bebas, Ayah! – CT Rapunzel)

 

DI luar, sayup-sayup suara tetangga terdengar melolong memperingatkan saya, tapi saya memilih tetap bergeming di loteng. Saya lebih memilih menyalakan lilin, menikmati lusinan dus mie instan yang hangat. (Segenggam Air Bah di Atas Loteng – Durroh Fuadin Kurniati)

 

“PESTANYA di atas bukit. Tengah malam. Buktikan kalau kau berani.” (Sweet Seventeen – Iis Nur Wahyudi)

 

NARA seketika lemas. Ia baru pulang dari luar kota tadi siang. Apa mungkin suaminya melakukan seperti apa yang dituduhkan itu semua selama ia tak ada? (Pintu Hijau – Anggun Cahyani)

 

DERIT pintu kamar terbuka. Kacau. Tidak ada waktu untuk Rani membereskan baju yang terserak, apalagi menyuruh Doni bersembunyi. Lelaki itu tak bisa berkutik. (Ini Rahasia – Annisa Azzahra)

 

 SUARA bentakan itu berasal dari atas kepala. Seperti sedang murka namun desiran darah seolah merekam aroma kesedihan yang membuat bulu-buluku setengah kaku. (Di Lambung Batu – Jeli Manalu)

 

AKU bahkan rela membunuh jika itu memang harus kulakukan demi mendapatkanmu kembali dalam dekapanku. (Keinginan – Kazuhanna El Ratna Mida)

 

DIA adalah monster yang hadir untuk menjemput kematianmu. Sama halnya diriku, aku menganggapnya mimpi buruk dalam kehidupanku. (Mimpi Buruk – Maya Madu)

 

SENJA sudah datang, tapi Andi belum pulang juga. Sudah kucari ke mana-mana, tapi dia tidak juga diketemukan. (Balon Penyempurna – Re Tiapian)

 

AKU sempat mencongkel habis ke dalam retinanya hingga dia meraba-raba mencari cahaya dan akhirnya menyimpanku lagi dalam matanya. (Matamu, Kau Kucing Hitam – Rinidiyanti Ayahbi)

 

JHON menyandarkan diri di dinding belakang gudang. Tak berdaya, tubuhnya melemah, berkeringat dan napasnya memelan. Pandangannya mulai berkunang-kunang. (Jejak-jejak Hitam – Rosi Ochiemuh)

 

“AYE takut lewat tanjakan gelagah, Mak.” (Klakson Tiga Kali – SH. Kusuma)

 

ELLE selalu sibuk dengan lukisannya. Sementara dua adik kembarnya hampir tak pernah ada di rumah. Yang paling aneh adalah Nyonya Fe. Ia punya dua mata yang selalu berair. (Dua Bait Terakhir pada Sajak Elle – Zahraa Senja)

 

....

 

Untuk pemesanan buku, silakan klik akun Facebook saya di sini (komunikasi via inbox terlebih dahulu, baru kemudian akan saya berikan nomor contact saya)


 

Terima kasih.

Salam Netra!

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar