Minggu, 09 Agustus 2015

JANGAN PERNAH IKUT PESTA DANSA SANG PENGERAN

Oleh : Ajeng Maharani
 
 
 
Cinderella manyun. Ia menekuk wajahnya hingga berlipat-lipat. Wajah cantik itu kini nampak lebih tua dari usianya. Bagaimana tidak, malam ini ia sudah dandan begitu cantik dengan bantuan dua ekor tikus, seekor katak dan ibu peri yang baik hati.
Tapi, ketika ia sampai di istana, yang didapatkan hanya rasa kesepian. Seorang diri, di sudut ruangan pesta, sambil terus menarik napas panjang.
Pangeran memang tampan bagi Cinderella, namun entah kenapa dia begitu genit dan terlihat konyol di matanya. Setiap melihat gadis cantik dengan perhiasan yang 'bling-bling' mata pangeran itu seketika berubah menjadi hijau. Melihat perubahan pangeran impiannya, Cinderella menjadi muak. Ia semakin sibuk melipat kegelisahannya sendiri.
Pukul dua belas malam hampir tiba. Cinderella memutuskan segera pulang. Matanya sudah terlalu jengah melihat adegan dansa yang tak lagi diharapkan olehnya.
Baru saja Cinderella hendak melangkahkan kakinya menuruni anak tangga, tiba-tiba terdengar suara gaduh dari dalam istana.
“Pesta telah berakhir! Ayo keluar! Keluar!”
Dengan wajah panik dan pucat, pangeran mengusir para tamu pesta dansa. Raja dan ratu pun terlihat sibuk menggiring putri-putri cantik dari penjuru belahan dunia itu keluar dari istana.
'Teng! Teng! Teng!'
Terdengar bunyi lonceng tanda waktu tengah malam telah tiba. Pangeran berteriak semakin beringas. Matanya merah karena menahan amarah. Jantung Cinderella berdegup kencang. Ia mulai ketakutan melihat wajah pangeran itu, bercampur rasa ingin tahu yang menyelinap di hati, ada apa yang sebenarnya sedang terjadi?
Hingga akhirnya, tepat ketika suara lonceng kedua belas behenti, lambat laun istana megah yang tadinya indah dengan ornamen-ornamen pualam dan berlapiskan emas itu berubah menjadi gubuk yang bobrok. Sementara baju pangeran berubah menjadi compang-camping dan lusuh. Pun demikian pula dengan kedua orang tuanya.
Cinderella menelan ludah dengan mulut yang terperangah. Tanpa banyak bicara lagi, ia pun berlari menuju kereta kudanya yang gagah nan indah.
 
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar