Sabtu, 01 Februari 2014

TRUE LOVE ISN'T FOUND, IT'S BUILD





Pernikahan yang menjenuhkan. Pasangan berubah tidak seindah waktu pertama kali menapaki asmara. Dulu ada debar yang merindu menendang hati jika tak bertemu, debar itu juga mengigit raga hingga kaku saat berada di hadapannya. Dia masih cantik, masih tampan, masih berbau harum, ranum seperti buah mangga mengkal yang ingin segera dipetik dari pohonnya. Tawanya menyejukan, senyumnya memabukan, setiap kata yang terpahat dari bibirnya membuai kenyataan menjadi sebuah impian untuk bisa bersamanya selalu. Sungguh, rindu masa-masa yang bagaikan dongeng indah gadis-gadis kecil yang bermimpi bertemu pangeran dengan kuda putihnya.

Tetapi lihatlah kini para kekasih itu. Sang istri, badannya menggendut, bengkak karena telah melahirkan buah hati atas nama cinta, berdaster kumal, rambut teracak merayap kemana-mana. Kulit pun tak selicin dan halus seperti masa muda. Lebih sering mengomel, masalah sepele tentang mandi pun harus bertengkar dengan anak-anak, sungguh tidak membuat nyaman penghuni rumah. Aromanya pun, aroma dapur. Bau ikan, bau asap nasi yang mengepul, bau bumbu dapur yang menyengat, bercampur menjadi satu. Apa ini? Mengapa tidak ada lagi sosok wanita cantik berbau harum dengan keseksian kerlingan matanya dan kemolekan tubuhnya yang menggoda. Di mana dia?

Lalu lihatlah sang suami. Sosoknya berubah menjadi manusia yang menumpuk alasan-alasan untuk membuat hati ini jengkel dan marah. Malas, liburan hanya tidur, hanya tertarik dengan gedget di tangan, sibuk game ini game itu. Padahal rumput depan sudah setinggi lutut, sampah belakang juga butuh dirapikan, anak menangis pun tak dipedulikan, tetap sibuk pencet sana pencet sini, bbm sana bbm sini, sungguh, hati mana yang betah hidup dengannya. Apalagi saat berkerja, berangkat pagi pulang tengah malam, beralasan lembur atau menemani bos ke luar kota. Hampir tak ada waktu untuk bergelut mesra di peraduan cinta, berbicara di atas bantal sambil berpegangan tangan, bahkan jarang ada belaian atau pelukan saat hendak memejamkan mata. Tidak untuk istri, tidak untuk anak-anak. Hei, di mana pria lembut penuh kasih itu pergi? Lalu siapa yang ada saat ini?

Begitulah...

Dengan berjalannya waktu, semua pasti ada perubahan. Bisa saja masih ada yang mesra di usia pernikahan dua atau tiga tahun, tetapi bagaimana dengan yang delapan, sepuluh, belasan atau kepala duapuluhan? Jika dalam usia matang itu hubungan masih mesra, sungguh hal yang menakjubkan dan luar biasa. Tapi, uupss, bukan berarti mereka yang mesra dalam pernikahan yang lama itu karena tidak adanya masalah dalam berumah tangga. No, salah!

Pepatah barat mengatakan “true love isn’t without problems, it has many obstacles, true love is working”
Tidak mungkin tidak ada masalah, pasti ada, pasti! Hanya saja, cinta sejati itu adalah yang mampu bertahan.

Mengapa tulisan kali ini berjudul “TRUE LOVE ISN’T FOUND, IT’S BUILT” ?
Keadaan yang jenuh dengan seambrek kesebelan, jengkel dan bosan dengan pasangan, terkadang memaksa hati kita untuk tergoda sesuatu yang mungkin kita rindukan. Membuat kita mencari kebenaran cinta yang kita inginkan.

“aku telah menikah dengan seorang wanita yang hebat, tetapi rasanya aku belum menemukan cinta sejatiku.”

“suamiku baik, tetapi bikin aku bosan justru dengan kebaikannya. Aku menginginkan sesuatu yang berbeda yang bisa membuat jantungku melompat keluar.”

Hal sederhana seperti inilah yang terkadang membuat hati kecil kita melompat-lompat keluar dari jalurnya. Teguran pikiran jernih kadang diabaikan, saat suatu godaan muncul di kantor, tempat nongkrong, atau bahkan media sosial, facebook, path atau twitter. Bertemu kawan lama, bertemu mantan kekasih yang dulu berpisah bukan karena hal yang menyakitkan tanpa amarah, tetapi malah karena keadaan atau keluarga yang tidak merestui. Well, selalu ada pertanyaan “what if” yang muncul menemani debar baru yang dirindukan.

“bagaimana jika seandainya dulu aku menikah dengan dia, apakah akan lebih bahagia dari saat sekarang?”

Selalu berputar pada pertanyaan yang berandai-andai. Memang tampak indah, saat bertemu, berbicara, proses mendekati kembali, mengenang kisah lama, atau entah apa lagi itu, tetapi, jika benar-benar menikah, apa benar akan berbeda keadaan. Belum tentu jika pribadi kita sama dengan saat ini, menikah dengan siapa pun akan tetap sama saya rasa.

Saya pernah membaca sebuah kisah tentang seorang suami yang pergi meninggalkan istri dan anak-anaknya demi mengejar cinta lama yang membuat dia bergetar, membuat dia merasa muda kembali, tetapi apa yang terjadi di akhir kisah itu? Kesakitan. Hal yang menyakitkan untuk semuanya. Dia, sang istri dan juga sang kekasih. Ironis.

Bagi saya, dengan siapa kita menikah saat ini, itulah cinta sejati kita.

Ingatlah kembali bagaimana perjuangan saat akan menikah dahulu. Bagaimana debarannya. Bagaimana menggebu-nggebunya saat itu. Semua rela dilakukan demi impian pernikahan bukan? Lalu kenapa sekarang harus sibuk mencari-cari cinta lain jika saat menikah ada perasaan keyakinan bahwa wanita inilah atau pria inilah yang bisa membahagiakan aku.

“nak kamu yakin dengan pilihanmu ini?”

“iya mamak, iya bapak, hanya dengan bersama dialah aku bisa bahagia.”

Nah, itu! Ingatlah kata-kata itu.

Kalau sudah cinta, peliharalah. Bangun kemesraan, bangun kebersamaan. Cinta itu butuh diberi makan, butuh disiram dengan air agar bisa bertumbuh terus. Bisa beranak pinak. Bisa berbunga dan mengharum sepanjang masa. Ada angin, ada badai, lewat. Hujan atau terik matahari, encer luluh karena kekuatannya. Jika anda pribadi yang mudah tergoda, maka cobalah untuk berkata tidak. Jika anda mudah mengagumi sahabat lawan jenis anda yang cantik jelita sexi atau yang tampan mapan, cobalah menghindari kontak demi rumah tangga anda. Semua butuh pengorbanan dari kita bukan mala mengorbankan perasaan orang yang percaya dan mencintai kita.

Hei, bangun, jangan hanya meminta keindahan dari pasangan jika kita sendiri pun tidak mampu memberikan hal terbaik untuk dia. Jangan meminta istri tidak mengomel jika kita mencabut rumput saja malas, jangan meminta suami senang bearada di rumah jika kita tidak mampu menciptakan rumah yang nyaman untuknya berteduh.

Cinta sejati itu bukan diawali dengan meminta tetapi memberi,,
Cinta sejati bukan cinta pada pandangan pertama, but love at every sight,,
Cinta sejati itu tidak HARUS setia, tetapi MENCOBA selalu setia,,
Cinta sejati itu bertahan, memaafkan, belajar jujur, penerimaan, selalu memperbaiki, berani meminta maaf, jika genggaman terlepas akan kembali mencarinya untuk menggenggam kembali,,
Cinta sejati itu bukan untuk dicari, tetapi dibangun dari cinta yang sudah ada saat ini,,

Jangan bertanya pada mereka yang baru mabuk akan cinta, tetapi bertanyalah pada ibu bapak kita, mengapa mereka mampu bersama hingga saat ini? Maka dari merekalah kita akan menemukan kesejatian cinta.



Nov 18, 2013
11:50
terinspirasi buku Sakinah Bersamamu (AsmaNadia) dan sebuah pict sederhana di google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar