Jumat, 09 Mei 2014

BAJANG




Semua tahu, kau adalah bajang tua pemangsa perawan muda. Juga orok bayi yang masih memerah. Semua juga tahu kau singgah pada mereka yang tengah berjiwa kosong. Hidup, dengan meninggalkan Tuhan.

Mereka takut padamu. Pada rumbai mahkota yang gimbal di kepalamu, tergerai mengerikan sepanjang lutut. Juga pada kedua mata yang merah darah itu. Setiap kali kau melengking, keduanya akan mengalirkan nanah busuk berbau anyir. Aroma yang sama seperti mayatmu.

Kuku-kukumu tajam. Siap mencabik dan merobek rongga dada mangsamu. Mereka hitam legam, karena sisa-sisa darah yang telah kering menggumpal. Juga kulit tubuhmu itu. Bersisik keras dengan gurat-gurat seram. Dengan penampakan seperti itu, takkan ada seorang manusiapun yang mau mendekati istanamu yang menjulang tinggi, merindang di tengah-tengah pekuburan tua.

Tidak seorang manusiapun.

Hingga datanglah gadis jelita yang menggendong luka di balik cupingnya. Kepada siapa dia bisa menyuarakan cerita sedih yang tercekat pada suaranya yang melindap? Bahkan jejangkrik malam pun takkan mampu mendengarnya bernyayi.

Kau lihat dia dengan mata sembab menghampiri rumahmu. Menyematkan sebuah tali kain pada dedahan yang kokoh, lalu mengikatnya kuat-kuat. Kau yakin sudah, gadis jelita itu hendak berakhir di sini, di rumahmu, tempat kau mengakhiri jiwa, puluhan tahun lalu. Sama seperti dia.

Tak terasa kengerianmu melebur. Kau menjadi haru dan tersentuh padanya. Apa gerangan yang telah membuatnya menjadi ingin mati? Apa? Kau coba menebak-nebak alur cerita kehidupan sang gadis.

Bajang, akankah kau menerkamnya juga? Menjadikannya santapan pada malam jum’at kliwon ini?

Matamu yang merah membeliak itu tengah menatap sang gadis yang sedang pelan-pelan meletakkan leher jenjangnya pada ikatan tali.

“Tunggu!” teriakmu seketika, memecah sepi di pekuburan.

Gadis itu menengadah, menatapmu yang tengah berdiri melayang. Seketika dia jatuh tersungkur. Suaranya tak keluar. Hanya cekik-cekik ketakutan yang terekam telingamu. Tunggu, kau baru menyadarinya. Iya, kini kau yakin sudah.

Bajang, gadis itu bisu.

***

 Nda, 090514

Tidak ada komentar:

Posting Komentar