Jumat, 24 Februari 2017

LANGIT TIDAK BERWARNA BIRU, SAYANG



Anakku berkata: Belikan aku baju baru
Angin berlari, melirik sejenak ke arahku
Lihatlah bajuku, Ibu, ujar anakku lagi
Apa yang butuh untuk dilihat, Sayang?
Lubang-lubang
Lumba-lumba yang kusam
Lautan surut
Ekor duyung terpotong
Sisik ikan berenang-renang

Bajumu indah
Ibu mengajariku berbohong?
Tidak. Ibu sedang menggembirakan diri Ibu sendiri.

Suatu sore, anakku merengek kembali
Balon, Ibu! Balon, Ibu!
Aku bergeming
Menghitung bintang, menghitung kegelapan
Selimut kami menggigil kedinginan, wajahnya pucat masai
Dinding-dinding mencandainya dengan kemesraan

Balon, Ibu! Balon, Ibu! Yang warna biru, seperti langit!

Langit tidak pernah berwarna biru, Sayang
Langit adalah kekosongan
Langit hanyalah cermin yang teramat besar
Kalau begitu, kenapa langit bisa menjadi biru, Ibu?
Anakku menatapku diam
Aku diam
Laron-laron diam
Tiang listrik diam
Tong sampah diam
Botol mineral diam
Jalan raya diam

Ibu...?

Aku mengedip tekun, ia menunggu

Karena dada Ibu juga biru, Sayang
Langit bercermin pada Ibu
Langit bercermin pada ibu-ibu berdada biru
Kalau dadaku?
Dadamu seputih awan
Dadamu matahari
Jangan izinkan seseorang menghantam dadamu
Hingga menjelma biru
Pilu
Bisu
Seperti Ibu



Sidoarjo, 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar