Minggu, 28 Mei 2017

DUA EKOR ANJING YANG MELUNJAK-LUNJAK DI ATAS KEPALAKU DAN MENJADIKANKU PELIHARAAN MEREKA

Sumber gambar : Pinterest


Dua ekor anjing itu muncul di depan rumahku pada suatu pagi yang gemuruh. Dua ekor anjing itu mengiba, dengan bola mata kurang ajar yang berbinar-binar. Dua ekor anjing itu ekornya bergoyang-goyang. Dua ekor anjing itu menggonggong bersama-sama, "Kami saling mencintai, izinkan kami tinggal di atas kepalamu." lalu aku terkesiap dengan khidmat. Merasakan punggungku yang mulai pecah.

Dua ekor anjing itu tidak mau pergi dari halaman rumahku. Dua ekor anjing itu membuat sarang di bawah pohon jambu bijiku. Dua ekor anjing itu bermesra-mesra di hadapanku tanpa peduli anjing. Dua ekor anjing itu menjilati dubur dengan suka cita, lalu berkelamin di depan mukaku. Dua ekor anjing itu menggonggong nyaring melengking bersama-sama, "Kami saling mencintai, jadi izinkan kami tinggal di atas kepalamu!"

Dua ekor anjing itu menerkamku suatu malam yang senyap. Dua ekor anjing itu merobek dadaku. Dua ekor anjing itu mencuri degup jantungku, mencukil napasku, menggerogoti jiwaku. Dua ekor anjing itu sibuk memperdayai janin-janin dalam rahimku. Dua ekor anjing itu berlari ke atas kepalaku, melunjak-lunjak di sana. Semakin tinggi, semakin tinggi. Dua ekor anjing itu menggonggong garing bersama-sama, "Kami saling mencintai, kapan kamu pergi dari sini?" Lalu aku terperanga dengan begitu tekunnya.

Dua ekor anjing itu menjadikanku tawanan mereka di dalam rumahku sendiri. Dua ekor anjing itu menyuruhku mengangguk-angguk. Dua ekor anjing itu membuatkanku rantai besi yang sangat panjang. Dua ekor anjing itu mengikatkannya di leherku. Dua ekor anjing itu mengajakku jalan-jalan layak anjing peliharaan. Dua ekor anjing itu tertawa riang tanpa dosa, dengan liur yang menetes deras dari moncongnya dan bola mata kurang ajar yang berbinar-binar. Sementara aku hanya bisa mengucap perih, "Bebaskan aku dari kutukan yang kalian ciptakan untukku." Tapi dua ekor anjing itu tidak paham eongan seekor kucing betina yang melarat-larat. []

2 komentar:

  1. Fiksinya bagus mbak. Coba kirim ke majalah Femina. Aku suka baca cerpen-cerpen di Femina.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maturnuwun sudah berkenan membaca Mbk Nunung, saya belum pede ke Femina :D

      Hapus