Kamis, 15 Desember 2022

Pejalan Mimpi, Oleh: Maharvin Putra Nugroho

Apa cinta pertamamu? Hm yah, itu wajar kalau cinta pertama mu suka terhadap seorang wanita. Kau bertanya apa cinta pertama ku? Ahaha, cinta pertama ku terhadap buku novel yang kubaca saat masih di sekolah dasar. Hei sudahlah jangan menggapnya aneh aku serius, karena buku novel yang ku baca itu lah aku dapat menjadi diri ku yang sekarang. Apa kamu mau tahu bagaimana cerita nya? Baiklah tapi jangan tertawa okay.

Aku dulu bersekolah di SCARLET GAKUEN. Itu sekolah elit yang berada di Susaki. Banyak anak berprestasi di sana mulai dari yang jago olaraga, bidang seni, ilmu pengetahuan. Pengalaman ku bersekolah di sana biasa saja, maksudku setiap mata pelajaran yang di berikan selalu membuatku ngantuk, dan hampir setiap hari kelas sepi karena kebanyakan anak mengasah kemampuan mereka untuk berjalan di jalur prestasi mereka sediri. Karena kelas begitu membosankan, di kelas aku selalu belajar sendiri dan selalu menyelesaikan soal-soal yang tertera di buku paket atau pun lembar kerja siswa. Aku lebih suka belajar sendiri, dan karena itu jarang ada yang mengajak ku ngobrol atau singkat nya aku tidak memiliki teman yang tetap. Kebanyakan dari mereka hanya mengobrol dengan ku untuk urusan pribadi mereka, setelah selesai mereka kembali sibuk dengan teman nya yang lain.

Higga suatu hari kelas kami di tugas kan untuk menceritakan cerita atau alur yang terdapat di buku cerita. Aku tidak suka tugas ini, aku merasa kekanak-kanakan karena membaca buku cerita. Saat pulang aku mampir ke suatu perpustakaan yang tidak jauh dari sekolah. Perpustakaan itu besar sekali,aku sampai bingung ingin kemana terlebih dahulu. Karena kebingungan aku bertanya kepada perpustakawan yang sedang merapikan buku.

“Permisi Pak,apa ada buku cerita yang bagus di sini,” tanyaku.

“Oh ada,dari rak buku sini kamu belok ke kanan sampai melewati 3 rak buku dan belok kiri,” jawab perpustakawan itu.

“baiklah Pak, terima kasih,” Jawabku sambil menundukan kepala. 

Setelah mengikuti petunjuk dari pak perpustakawan tadi aku sampai di rak buku yang bertuliskan novel. Aku bingung, aku minta nya buku cerita dan kenapa malah ke rak buku novel. Sudah lah kata perpustakawan itu disini rak buku cerita. Mari kita lihat apa yang ada disini. 

Setelah melihat kesana sini, mata ku tertujuh kepada buku yang judulnya PEJALAN MIMPI. Tanpa pikir panjang aku mengambil buku tersebut karena ku pikir buku itu terlihat seperti bukan buku cerita anak-anak. Saat ku buka terdapat banyak judul dari bab buku itu yang terdapat kesan yang dalam. Dalam hati ku aku merasa penasaran dan jantung ku berdetak kencang. Karena penasaran dengan isi buku itu aku segera pergi ke meja perpustakawan untuk meminjam buku itu.

Sesampai di rumah aku membaca buku novel tersebut dan kesan tentang apa yang ku rasakan saat membaca ada banyak hal. Mulai dari rasa sedih,marah,bahagia,terharu. Buku ini sangat keren, itu yang ku katakan. Menceritakan tentang perjuangan seorang wanita yang berjuang menggapai mimpinya. Detak jantung ku semakin kencang, hingga aku lupa untuk makan malam. Setelah selesai membaca buku yang berjumlah 235 halaman itu dalam waktu 3 jam, aku bergegas bangun dari kasur dan turun ke lantai bawah dan menghampiri mama.

“Ma, impianku adalah menjadi penulis buku novel,” kataku kepada mama,mama hanya tersenyum manis kepada ku, sambil membawah sebuah piring makan malam,mama mencubit pipi ku dan berkata.

“Bagus,itu bagus sekali. Mama yakin kamu bisa mengejar impianmu itu. Dan kamu bisa membuat semua orang bahagia saat membaca karyamu,” jawab mama menaruh harapan kepada ku. Aku semakin yakin kalau aku bisa menjadi penulis novel yang hebat seperti penulis buku PEJALAN MIMPI. 

Hingga hampir setiap hari aku menulis cerita ku sediri,aku menulis banyak kata dan ide yang ada di pikiran ku. Aku menjadi semangat, aku jadi  ingin membaca buku novel yang lainya. Hingga pada suatu hari aku menulis cerita novel ku sendiri sambil membaca buku novel di kelas. Saat jam istirahat aku tidak bisa melepaskan pandangan ku dari buku ku.

“Hei lihat, tumben nih dia nggak membaca buku materi lagi,biasanya dia membaca buku yang cuma menyangkut pelajaran saja,” kata anak laki laki di belakangku. 

“Apa salahnya, buku ini bagus tahu,” jawabku.

“Ya itu hanya buku cerita anak anak saja,bukanya umur mu sudah bisa di bilang dewasa. Seharusnya kamu berhenti membaca buku cerita yang tidak nyata seperti itu,” ejek anak laki laki berambut pirang.

“Kalian jangan mengejek buku novel se enaknya ya,buku novel ini adalah karya hebat yang bisa membuat pembacanya merasakan apa yang tertulis di buku ini,” teriak ku ke gerombolan anak laki laki.

“Jangan marah begitu dong, memangnya apa penting nya novel itu untukmu,” tanya salah satu anak anak laki laki belanda.

“Asal kalian tahu ya, cita cita ku ingin menjadi penulis novel yang terkenal,” jawabku dengan lantang. Mereka menatap satu sama lain dan akhirnya mereka mulai tertawa dengan apa yang kukatakan.

“Ya ampun, kamu ini bersekolah di sekolah elit dan cita cita mu rendah sekali hahaha.” ejek si rambut pirang. Mereka semakin menjadi jadi, mengejek mimpiku. Aku sangat kesal, tapi tiba tiba Pak Qingxiu datang dan menampar ketiga anak laki laki itu.

“Kalian yang seharusnya malu, kalian di sekolah elit seperti ini masih bersikap seperti anak anak. Semua cita cita itu mulia, jadi jangan mengejek cita cita orang lain dan kamu anggap cita cita mereka rendah,” kata Pak Qingxiu marah kepada anak laki laki itu. Mereka mengangguk, setelah itu pak Qingxiu berbalik dan menghampiri ku.

“Jangan dengarkan mereka ya, impianmu sudah bagus, bapak yakin kamu bisa menjadi penulis yang hebat. Ciptakan karya mu dan capai lah impian mu itu,” kata Pak Qingxiu. Aku terharu dengan apa yang di katakana nya,karena aku sempat mengira impian ku hanya seperti selembar daun di pinggir jalan.

“Ah iya, bapak lihat kamu juga mulai menulis novel karya mu sendiri, bisa bapak melihat buku hasil karya mu?” tanya pak Qingxiu. Aku langsung  menyerahkan buku catatan novel ku ke Pak Qingxiu, dan setelah membacanya selama 3 menit, Pak Qingxiu terkesan dengan hasil karyaku.

“Ini sangat bagus, walau bapak membacanya hanya sebentar tapi bapak yakin kamu dapat menciptakan karya yang mengagumkan. Hei bagaimana kalau bapak daftarkan ke lomba menulis novel, nanti buku mu akan di cetak dan akan di baca banyak orang” tawar pak Qingxiu kepadaku.Aku awalnya ragu dan tidak yakin dengan diri ku sendiri,tapi ini kesempatan yang bagus untuk memulai awal dari perjalanan mimpi ku.

“Baik Pak, saya mau ikut lomba novel itu,aku akan berusaha yang terbaik,” jawabku dengan penuh semangat. Pak Qingxiu tersenyum mendengarnya. 

“baiklah akan ku hubungi penyelenggara lomba nya.Bapak selalu di ruangan bapak, kalau ada apa sesuatu yang susah akan bapak bantu,” kata pak Qingxiu, aku mengangguk dan semakin bersemangat untuk melanjutkan cerita novel ku. Saat kembali aku aku berlari ke arah mama dan segera memeluk nya.

“Mama coba tebak aku masuk lomba menulis novel loh, aku semakin dekat dengan impian ku sebagai penulis novel. Gimana? keren kan mama,” ucapku ke mama dengan nada bahagia.

“Duh kamu ini, mama sudah tau kalu kamu pasti bisa menjadi penulis yang hebat. Tapi apapun mimpi mu mama akan selalu mendukungmu,” ucap mama kepada ku. 



Sudah bulan ke 4 dari aku mengirim karya ku ke panitia lomba dan masih tidak ada kabar tentang hasil lomba ku. Aku di kelas tetap menunggu sambil membaca buku novel lainya.

“Tuh lihat, dia pasti tidak memenangkan lomba nya,” ucap anak laki laki pirang itu.

“Tentu saja,pak Qingxiu terlalu berlebihan untuk memanjakan diri nya. Sampai mengagumi karya anak sekolah dasar yang lawan nya anak anak yang lebih dewasa darinya,” ucap teman laki laki lainnya. Mendengar kata hinaan dan ejekan dari mereka membuat ku putus asa. Apa aku hanya melakukan hal percuma? aku mulai kehilangan harapan atau impian ku untuk menjadi penulis yang hebat. Aku mulai terjatuh di jalan impianku sendiri. aku telah mengecewakan harapan orang tuaku. 

“Lihat pasti dia tidak lolos lomba—“ tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, Pak Qingxiu berlari dari arah pintu koridor dan menujuh ke diri ku dengan nafas terengah engah.

“Ada apa Pak?”

“Penyelenggara lomba, ingin bertemu denganmu,” jawab pak Qingxiu. Aku kaget karena untuk apa penyelenggara lomba datang ke sekolah ku. Setelah sampai di ruang kepala sekolah, ada seorang pria yang wajah nya tidak asing bagi ku. Aku duduk di depan nya dan dia bertanya kepada ku.

“Apa benar kamu yang menulis buku novel yang berjudul Hujan Tidak Turun dari Langit ini?” tanya pria itu,aku pun mengangguk. 

“kamu memenangkan lomba menulis novel nak” ucap pria itu sambil menatap mata ku. aku terpaku diam dan kembali bertanya.

“ak,aku memenangkanya?” Tanya ku, dan pria itu juga menngangguk. Mulut ku tidak bisa mengeluarkan kata kata dan aku menangis terharu. Kepala sekolah itu berdiri dan mulai berbicara.

“nak,pria ini adalah luise graham. Penulis novel terkenal yang sudah mempubliskan banyak karya nya ke dunia.” Ucap kepala sekolah. Aku kaget dan berdiri sambil menaruh telapak tangan ku di meja.

“luise graham, penulis buku novel pejalan mimpi itu. Aku penggemar berat mu, nama ku lidya niulord.”ucap ku,luise terdiam dan tertawa.

“hahaha ternyata kamu penggemarku,aku senang memiliki penggemar yang hebat seperti mu.” Ucap luise

“Ah tidak biasa saja. Dibandingkan dengan Pak Luise aku masih pemula,dan aku termotivasi dari buku bapak luise. Ah iya boleh aku minta tanda tangan mu?” Tanya ku dengan penuh rasa senang.

“Panggil saja aku Luise, boleh aku akan memberi mu tanda tangan. Dan buku yang kamu baca pertama kali pejalan mimpi ya. Seperti nya kamu sudah menjadi seorang pejalan mimpi sesunggunya. Sekarang kamu sudah menggapai impian mu bukan?” Jawab luise. Aku kebingungan dan kembali bertanya.

“Apa maksudmu tentang sudah menggapai impian ku?” tanyaku balik.

“Hadiah dari lomba ini kamu akan dijadikan penulis resmi oleh diriku, dan mulai dari sekarang kamu adalah penulis.”

Aku mulai menangis haru setelah mendengar aku telah menjadi penulis novel secara resmi di usiaku yang masih di sekolah dasar. Dan setelah itu aku bisa membuktikan kalau perkataan mereka salah, aku telah membuktikan kepada mereka diriku yang perjuang untuk menggapai impianku. Mulai saat hari itu aku di tawarkan oleh Luise untuk ikut dengan nya keluar negeri untuk mengasah kealihannya dalam menulis. Setelah 3 tahun berguru bersama luise, aku kini sudah menjadi penulis terkenal.

“Dan ya itu lah ceritaku sebelum aku menjadi penulis yang terkenal. Apa kamu puas dengan ceritaku manager?” 

“Iya aku puas tapi aku sungguh kesal kepada anak yang mengejekmu. Anda hebat juga bisa menghirau perkataan mereka, dan sekarang kamu bisa membuktikan kalau kamu bisa,” kata managerku.

“Hahaha aku tidak akan bisa menjadi diriku yang sekarang kalau aku tidak menemukan bukunya Luise. Luise telah membuat ku menemukan jalan mimpi ku sendiri. aku sangat berhutang budi pada nya. Dan aku termotivasi untuk membuat buku novel yang membuat pembacanya pantang menyerah di jalan mimpinya. Aku ingin menjadi sosok yang telah membuktikan kalau usaha untuk mencapai mimpi dan cita-citamu tidak ada kata sia-sia saat kamu benar-benar niat dan ingin berusaha.” []




Maharvin Putra Nugroho

Saat ini bersekolah di SMP Hang Tuah 5 Candi. Lahir di Sidoarjo. Penyuka anime dan game.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar