Minggu, 30 November 2014

LELAKI DARI MASA LALU



"Mengapa kau harus kembali di kehidupanku?"

"Ma-maafkan aku, Ra. A-aku ...."

"Aku apa?"

"Aku memang salah, Ra. Tapi kau tahu aku terpaksa melakukannya."

"Jadi keterpaksaan itu adalah suatu pembenaran atas semua yang telah kau lakukan padaku?"

"Tidak, bukan begitu. A-aku ..., aku mau kau kembali padaku."

"Kembali padamu?"

"Aku masih sangat mencintaimu, Ra. Kumohon, kembalilah bersamaku. Aku akan membayar semua kesalahanku padamu."

Kutatap wajahmu yang melusuh. Hujan meliris, kita masih berdiri di bawah pohon beringin ini. Aku menjadi bisu. Kau pun memilih bertahan dalam penantian, menunggu sebuah jawab dari bibir ini.

Ah, entah sudah berapa purnama kita berpisah. Walaupun lukisan wajahmu yang terpatri di dinding kenangan masih terlihat begitu jelas, namun tak sekali pun kumimpikan untuk menjumpaimu kembali. Kau laksana bulan yang takkan pernah tergapai. Kau lihat, benteng itu masih kokoh berdiri di antara duniaku dan milikmu. Siapakah aku, Ru? Siapakah pula dirimu, akan selalu kuingat jarak itu.

"Kau cantik, Ra," ujarmu di keheningan malam suatu waktu. Desir angin meniupkan aroma cinta antara kita. Degup jantungmu terdengar begitu lantang, menemani gigil tubuhku yang mulai menanggalkan kain satu persatu.

Lenguh napasmu hangat, merengkuh jiwaku yang rapuh karena denting renjana telah membabi-butakan malam laknat yang mencumbui kita. Kau menikam lembut liang-liang kerinduanku, sementara aku hanya bisa pasrah. Hanya mampu mendesahkan namamu pada bibir yang bergetar.

Ru, lingkaran dosa telah kita langkahi bersama, namun setelahnya kau pergi tanpa sepatah kata. Aku meratap atas kebodohan ini. Memaki semua rasa cinta di dada dan melumatnya dengan harap akan menjadi debu kebencian. Tapi aku tak mampu, Ru. Aku masih sangat mencintaimu, bahkan itu kebusukanmu sekali pun.

Berhari-hari aku hanya mampu menangisi diriku sendiri. Rahim yang dulu kosong kini telah terisi benihmu, Ru. Lalu mereka datang dengan tatapan yang menakutkan. Sesak, Ru. Aku kehilangan napas ketika suara-suara itu mulai menghakimi. Meneriakan umpatan-umpatan, mengatai diriku jalang. Bagaimana aku bisa disebut jalang hanya karena mencintaimu, Ru? Bagaimana bisa!

Kaki-kaki telanjangku terus berlari tiada henti. Mata hatiku sasar, mencari sosokmu yang telah lama raib. Kau yang telah menjelma layaknya hantu itu, bagaimana pun jiwa ini mencari, tak mampu kutemui dirimu di mana pun. Aku limbung, Ru. Aku gila. Apakah ini hukuman karena mencintai seorang anak raja sepertimu?

Ah, Ru ..., aku ingin mati. Aku akan tenggelamkan tubuh ini di danau tempat kita mencampakan keperawanan itu.

Pelan-pelan, kubenamkan raga di danau suatu malam lalu, kala putus asa merajai jiwa kotor ini. Hening menjamah penyatuanku dengan air yang dingin. Lalu, dalam kesadaran yang hampir lesap, kurasakan sebuah lengan kokoh merengkuh tubuh. Gelap. Hanya terdengar suara kepakkan lembut sayap para kunang-kunang. Kemudian, sunyi menyergapku.

Dua purnama sudah aku bersamanya. Kemudian lelaki itu berkata kalau dirinya telah jatuh cinta padaku, Ru. Ia bahkan rela bersujud, memohon sebuah kehidupan baru untukku setiap kali hendak kupotong nadi yang mulai membusuk ini. Kau dengar ucapku, Ru? Kehidupan baru, yang berarti juga untuk anak kita.

Ah, betapa mulia hati lelaki yang bahkan belum kukenal itu. Kau bukan sesuatu yang indah lagi tatkala mata ini menatapnya, Ru.

Hingga akhirnya, di bawah sinar bulan pasi yang terang benderang itulah ia menikahiku. Membelai lembut sisa-sisa cinta yang telah kuserahkan semuanya padamu. Ia yang hidup hanya sebagai seorang penarik perahu di danau kenangan kita, telah mampu menghidupkan kembali binar-binar semangatku. Detik demi detik kulalui bahagia ini sambil menyulam kembali cinta teruntuknya. Ia malaikat bagiku, Ru.

Walaupun nasi kami tak pernah mencukupi untuk mengenyangkan perut-perut ini. Walaupun lauk jarang ada di atas piring yang aku hidangkan setiap hari. Walaupun tak ada selimut yang mampu menghangatkan malam-malam kami, tapi aku bahagia, Ru. Sangat bahagia.

Karena itulah, Ru, sudah jelas apa jawabanku untukmu saat ini, bahkan untuk selamanya.

-A.M.231114-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar