Ah sudahlah. Kututup semua harapan. Sudah lelah
menunggu sesuatu itu datang. Apa yang kudapat? Waktu yang bahkan sudah tak sudi
lagi mampir antara kita? Atau rindu yang telah menguap bak embun pagi tersapu
sinar mentari?
Entah.
Walaupun dalam hati, keyakinan itu masih ada.
Namun ia pun mulai lambat laun jengah.
Jika dalam sebuah perjalanan itu hanya ada aku
yang bertahan dari tempaan badai, sedangkan kau tidak, lalu apa yang bisa kita
harapkan? Apa benar masih ada kata mencintai yang benar-benar tulus
keberadaannya?
Masihkah?
Sudah kuterima semua carut luka yang kau gores
dalam hati dan ingatan. Apalagi yang hendak kau berikan? Akankah kau timbun
semakin dalam pada sebuah nelangsa yang tak kunjung berakhir nantinya?
Atau kau akan memberi tawa palsu, bahagia semu
dan sebuah kasih abal-abal yang kau sebut-sebut itu cinta?
Aku telah lama mati, tetapi kucoba bernafas agar
hidup kembali. Ku goyang pagar besi penghalang dari rasa benci agar bisa
kutelan madu-madu pahitnya. Jika kau berkehendak aku kembali jatuh, mungkin
bisa, namun dalam hitungan detik dan menit.
Kau tak pernah tahu, aku telah menyalakan sumpah
serapa pada bilik-bilik hati agar semua rasa cinta itu mendengar, “hei! Jika
kau tak dihormati, maka lupakanlah, biarkan dia hilang dan bermain pada
kesenangannya hingga puas. Kelak, dia akan tahu, siapa yang masih berdiri di
sampingnya saat dia jatuh lalu setengah mati!”
Apa kau akan protes?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar