Subuh yang Paling Sunyi, sebuah buku persembahan dari LovRinz and Friends untuk para sahabatnya. Berisi kumpulan flash fiction pilihan. Dijamin, Anda akan tercengang membaca setiap cerita yang disuguhkan dalam buku ini.
"Saat kau berjalan di kala senja lalu menemukan sebuah pintu merah pada dinding-dinding bata yang kusam, jangan coba-coba masuk ke dalamnya. Ada setan berkepla dua yang sedang menantimu di balik pintu itu!" (Di Balik Pintu Merah - Ajeng Maharani)
"Siapa yang silih tatap dengan kucing hitam, pasti akan mati!" (Kucing Hitam - Robi Suganda)
"Desahan-desahan itu terus menggema dalam pikiranku. Penuh hasrat dan mengejar ke mana pun adaku. Aku terus berlari hingga alas kakiku lusuh. Kugenggam erat Teddy pemberian Mama yang terakhir. Yang penting aku harus jauh darinya. Aku benar-benar tidak tahan dengan lelaki itu!" (Empat Belas - Ida Fitri)
"Aku masih dalam balutan jas mandiketika kulihat laki-laki beraroma alkohol itu sedang mencengkeram leher ibu. Tetes-tetes darah menodai lantai, tepat di bawah pijakan ibu. Ceruk matanya terlihat sayu, lalu memanggilku pilu." (Subuh yang Paling Sunyi - Ira Gantira Damarwanti)
Harga buku Rp. 39.900,-
SMS ke 085 606 606 007 atau inbox FB Ajeng Maharani
Berikut salah satu FF yang ada di dalam buku:
TERJEBAK
Aroma mistis mulai terasa setelah kau berada dalam
ruangan. Berdiri di antara sekumpulan manusia yang tegak kaku tanpa ekspresi.
Ragu-ragu kau terima sebuah tudung hitam yang disodorkan
seseorang. Dalam kebingungan kau tutupkan tudung di atas kepala sambil
meluruskan pandangan ke depan. Menerka apa yang sedang dan akan terjadi.
Di depan altar, kau lihat seorang gadis berbaring terikat
di atas sebuah meja, berhiaskan
bunga-bunga warna darah dan perempuan bertudung merah di sebelahnya.
"Wahai Dewa Yang Agung, terimalah persembahan kami.
Jadikanlah jiwa-jiwa kami abadi. Selamanya."
Kau menjerit histeris ketika darah memuncrat keluar dari
leher perempuan muda itu. Ruangan mendadak hening. Semua mata tertuju padamu.
"Tangkap gadis itu!" Suara wanita di depan
altar memecah keheningan.
"Tidak ada yang boleh melihat persembahan kita. Dewa
Yang Agung akan murka jika ia sampai lolos!" Wanita berwajah tirus dengan
gincu merah darah itu menuding ke arahmu.
Kau berlari meninggalkan mereka setelah mencampakkan
tudung kepala. Kau angkat gaun merah marunmu yang mengembang sambil berlari
sekencang mungkin. Hak sepatumu menggema ketika kau berlari menyusuri lantai
kayu yang telah lapuk dimakan waktu.
Kau terlihat bertanya-tanya kenapa bisa berada di tempat
itu karena seharusnya sekarang kau menemani Edward ke pesta Hallowen sekolah.
Sampai di sebuah pintu cokelat besar, kau coba mendorong,
menarik dan menggeser pintu. Tapi pintu kokoh itu bergeming.
Dalam kepanikan, kau lihat sebuah kapak dalam kotak kaca
yang terpasang di dinding. Tanpa pikir panjang kau pecahkan kotak kaca itu
dengan kursi kayu, lalu segera meraih kapak dan membelah daun pintu dengan
sekuat tenaga.
Berhasil! Napasmu naik turun melihat pintu yang sedikit
membuka. Segera kau hempaskan kapak lalu mendorong pintu besar yang berderit
itu.
Kau pun terkesiap, ketika ternyata kembali ke ruang
pemujaan. Tapi gadis malang itu masih hidup dan berbaring di atas meja
persembahan, bersama dengan wanita pemimpin pemujaan.
"Wahai Dewa Yang Agung, terimalah persembahan kami.
Jadikanlah jiwa-jiwa kami abadi. Selamanya!" Seru wanita itu sebelum
menancapkan pisaunya.
Dan kau pun menjerit kembali.
(Patrianur Patria)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar