Detak Cinta
Setiap kali menatapmu dari
balik pohon mangga yang kau tanam di halaman rumahmu lima tahun lalu itu, aku
selalu jatuh hati pada binar matamu yang teduh itu, Va. Iya, mungkin aku sudah
gila karena telah mencintai wanita yang lebih tua dariku dan dengan status yang
kau dekap saat ini. Namun aku yakin, Va, cinta yang kumiliki jauh lebih besar
dari yang pernah kau terima darinya.
Kau tahu, Va, bukan hal tak
mungkin jika ada lelaki lain yang jatuh hati saat melihat lakumu yang anggun
itu. Kesetiaan, kesabaran dan pengabdianmu padanya sungguh indah. Hal yang
belum pernah kutemui dari wanita-wanita lain yang pernah kujumpai. Sungguh!
Kebanyakan dari mereka hanya mampu menuntut, tanpa mau ikhlas menerima seperti
apa yang sudah kau lakukan selama ini.
Ah, Va, seandainya aku punya
keberanian untuk mendekatimu, merayu dan menculikmu dari lelaki bodoh yang
telah menyia-nyiakan keberadaanmu itu. Lalu membawamu pergi ke duniaku.
Tapi aku tahu itu mustahil.
Dengan dada membusung kau pasti akan menolaknya, bukan? Kau wanita yang setia,
Va, walaupun luka telah kausesap setiap hari. Kaukunyah perlahan, lalu
menelannya dengan lahap. Seolah itu nikmat, padahal hatimu menangis.
Aku tahu, Va ... aku tahu
sekali akan hal itu!
Va, apa seberharga itukah
dirinya di hidupmu, walau tak sekali pun dia memperhatikan perasaanmu?
Tidak. Jangan terus
membenamkan tangis di setiap malammu, Va. Datanglah padaku jika kelak kau sudah
lelah. Aku pasti akan membahagiakanmu. Aku
janji, Va, harapan itu akan selalu kusematkan di setiap pagimu yang sembap.
Agar ketika kau melihatnya, senyum indahmu kembali merekah.
Aku janji.
~ bersambung ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar