gambar : devianart.com
Siapakah kamu?
Aku tahu,
sudah bukan waktuku untuk jatuh cinta pada lelaki lain. Tapi kehadirannya
benar-benar tak mampu kuhindari. Pesonanya, cara dia memperlakukanku, senyumnya
yang misterius, semuanya. Aku jatuh cinta pada itu.
***
Lamunanku
buyar. Seketika aku dikejutkan oleh suara batu kecil yang menabrak lantai
teras. Penasaran, kulongok halaman luar melalui jendela. Hujan belum reda.
Rinainya masih menari riang di atas bebatuan dan tanah bumi. Menggertak ranting
dan dedaunan, membuatnya gigil kedinginan.
Sekali
lagi suara benturan itu terdengar. Aku pun mulai geram.
“Siapa,
sih, ini? Iseng sekali, malam-malam melempari rumah orang!” Sambil berseru,
kubuka pintu depan, menyibak kegelapan yang tengah basah kuyup itu. Lamat-lamat
kulihat sesosok pemuda melambaikan tangan.
“Kakak! Di
sini dingin, boleh aku berteduh di sana?”
Aku
tercengang. Mulutku menganga. Benar-benar pemuda gila. Mana mungkin aku
mengijinkan lelaki lain masuk ke dalam rumah sementara suamiku tak ada?
Tanpa
menghiraukan pemuda gila yang tengah kuyup itu, aku kembali masuk ke dalam
rumah dan mengunci pintu rapat-rapat.
Lima menit
berlalu. Suara lemparan batu itu tak terdengar lagi. Kuintip halaman luar,
sosok pemuda itu telah raib. Yang terlihat hanya deras hujan, mematahkan
dedaunan pohon mangga kesayanganku.
***
Kabut
putih mengambang, mengibas sejuk di sela-sela kakiku yang telanjang. Cuping
hidungku menghirup aroma vanila lembut yang bercampur manisnya stroberi. Kurasakan
tubuh ramping ini tengah tersadai dalam keheningan. Lalu sebuah belaian lembut
menjamah helai demi helai rambutku yang panjang tergerai. Tangan siapakah ini?
Ujarku dalam hati. Kubuka mata ini yang sedari tadi memejam, lalu berusaha menatap
seseorang yang tengah duduk di sampingku.
“Selamat
malam, Putri Cantik.”
Pemuda itu
tersenyum. Jiwaku terperanjat seketika!
Jantungku
berdetak kencang. Mimpi yang barusan kualami seolah begitu nyata. Wajah pemuda
itu tampak tak asing. Kuraba ingatan, mencoba mencari tahu tentang pemuda yang
hadir dalam mimpi. Ah, ya ... Aku ingat sekarang. Wajah itu, mirip dengan
pemuda yang tadi melempari batu di halaman rumahku.
Aneh, ada
apa dengan diriku? Mengapa tiba-tiba saja pemuda tak kukenal itu hadir dalam
mimpi?
***
Pagi
menetas. Udara dingin menyergap isi rumah ketika pintu depan kubuka. Suasana
lengang masih menyimpan sosok hening pemuda semalam. Rasa penasaran itu masih
setia hadir di benak. Ah, aku melenguh. Seperti ada sebuah kerinduan yang telah
lama kunantikan kehadirannya.
Siapakah
kamu sebenarnya? Desahku dalam hati.
“Bunda,
Vika lapar ...,” suara rengekan Vika membuyarkan pikiranku. Gadis kecil—lima tahun—itu
menarik-narik ujung daster yang kukenakan.
“Vika
lapar, Bunda.”
“Iya, ayo
kita sarapan.”
Kugandengan
tangan mungil gadis kecil itu, lalu beranjak dari teras. Baru saja mata
ini hendak meninggalkan pandangan pada sebuah pohon mangga, tiba-tiba saja
sosok itu tertangkap oleh korneaku. Iya, itu dirinya!
Dia
tersenyum, mengangguk perlahan lalu berlalu begitu saja melewati pagar rumah.
Dadaku gemetaran. Aku belum mampu menelaah, apa yang sedang terjadi antara
kami? Mengapa perjumpaan dengannya bisa berkali-kali? Sungguh, siapakah
dia? Pemuda tampan dengan tubuh tinggi dan berkulit putih. Pemuda dengan senyum
yang mampu menggetarkan hati setiap wanita yang memandangnya. Siapakah dia?
***
“Tuch,
kan, kamu melamun lagi. Kebiasaan, deh.”
Suara
lelaki yang tak kukenal mengusik tiba-tiba. Aku tersentak, bola mata ini seolah
ingin lompat dari lubangnya. Kini, pemuda yang sejak tadi mengganggu pikiran
itu sudah ada di sampingku, sambil tersenyum!
Akh! Ini
tidak mungkin. Ini pasti mimpi lagi. Tolong, seseorang ... bangunkan aku
sekarang. Rasanya, aku bisa gila karena dia!
~ bersambung ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar