“Mengapa
aku harus sedih sementara mereka sedang bersenang-senang? Bisa jadi saat ini
mereka menertawakan kebodohanku, pun bisa juga tertawa tentang kesetiaanku.
Tetapi satu hal yang kuyakini, bahwa aku pasti lebih baik dari mereka yang
asyik bermain permainan ‘sembunyi-sembunyi’.. Maka, hei diriku sendiri,
berbuatlah kebaikan dan buatlah engkau bersinar padanya..”
Sekali lagi bunyi Blackberry-ku berkumandang merdu. Sebuah pesan sudah nangkring di
dalamnya. Ah, itu dari sahabatku Eva.
Kalimat-kalimat itu membuatku terenyuh. Ah Va,
bagaimana kau bisa sekuat itu. Jikalau badai yang sedang menghancurkan hatimu
itu datang kepadaku, belum tentu aku bisa menghadapinya seperti dirimu saat
ini.
“Kau
benar Va. Jangan hanya karena manusia-manusia yang tengah membenarkan kebesaran
egonya itu sebagai sebuah itikad baik, lalu kau terpuruk dalam kesedihan.
Justru kaulah yang akan merugi..”
Kubalas pesan dari Eva. Dalam beberapa menit,
wanita tigapuluh satu tahun itu masih tak membalas. Kubenamkan diriku kembali
kepada laptop putih, mengetik kisah demi kisah tentang mimpi-mimpi si gadis
kecilku, Nayla.
“Bep bep!”
“Walaupun
aku terkadang belum mampu menghadapinya, Ran?”
“Iya,
walaupun kamu saat ini tengah dicabik rasa sakit. Itu artinya kamu masih
memiliki hati, Va. Dan mereka yang mampu menyakitimu, mereka yang tertawa
gembira karena dusta, mereka itu tak mempunyai hati...”
“Va,
kuatkanlah hatimu. Kau kini sudah menjadi seorang ibu..”
“Iya,
mereka masih membutuhkan tawa dan kasih sayangku, Ran. Itu saja yang aku
ingat..”
“Dan,
Va. Berjuanglah untuk masa depanmu, buatlah dia menyesal kelak, karena telah
menyia-nyiakan kehadiranmu di sisinya. Aku tahu kamu bisa, Va. Bukankah dahulu,
engkau yang mengajarkan aku seperti itu..”
Eva mengirim sebuah emoticon tersenyum dan memeluk. Aku senang, kubalas dengan ciuman
hangat.
Ah, Va. Jangan habiskan waktumu yang berharga
hanya demi sesuatu yang menggelikan. Biarkan dia yang tengah mengejar
renjananya. Biarkan dia bermain dengan permainannya bak seorang anak kecil.
Cukup tunjukan kecantikan hatimu di hadapnya, tunjukan betapa hebatnya engkau
bisa menerima semua kebusukannya yang membuncah itu.
Kelak, dia akan tahu, kaulah yang benar-benar
terbaik dari wanita-wanitanya yang lain...
Nda, kepada Va
Tidak ada komentar:
Posting Komentar