Minggu, 04 Oktober 2015

MENGAPA SAYA MENULIS?


Pertanyaan ini sudah sering saya dengar. Mengapa saya menulis, dan mengapa saya ingin jadi penulis?


Sebenarnya jika ditanya demikian, saya ingin sekali bercerita tentang banyak hal, tentang bagaimana saya mengawali di hampir tiga tahun lalu. Tapi saat ini, saya akan membicarakan sedikit dari banyak hal itu.
 

Setelah saya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan—sebuah supermarket terbesar di Indonesia yang sudah saya geluti selama 10 tahun lebih—karena melahirkan anak ketiga, saya merasa seperti kehilangan sesuatu. Saya bukan tipe wanita yang bisa diam dan duduk manis tanpa menghasilkan. Memang sih, tidak diam atau duduk manis begitu saja karena pada kenyataannya tugas sebagai ibu rumah tangga membuat waktu-waktu yang saya miliki serasa ingin lebih banyak lagi—beranak-pinak—tidak hanya 24 jam sehari. Justru dengan keadaan seperti itu saya butuh ditenangkan. Butuh memiliki satu dunia yang bisa membuat saya membuang segala isi kepala saya dari segala hal yang berputar-putar. Akhirnya saya pun memutuskan kembali menulis—suatu hal yang sudah lama saya tinggalkan semenjak lulus sekolah menengah atas.
 

Saya sedikit banyak memulainya dengan membuat blog dan bergabung dengan grup-grup kepenulisan di sosial media. Saya belajar kembali teknik dasar bagaimana menulis yang benar, banyak membaca dan mempelajari bacaan-bacaan saya. Dari situlah benih-benih semangat itu mulai muncul. Saya akui mereka semuanya masih telanjang, masih murni. Dan tugas sayalah untuk membentuk benih-benih itu tumbuh, bercabang, dan berbungga, hingga bisa menghasilkan benih-benih baru, lalu membentuk sebuah hutan yang lindap dalam jiwa saya.
 

Ya, saya ingin itu ....
 

Motivasi paling mendasar yang membuat saya terus belajar, adalah saya ingin membuktikan bahwa seorang ibu rumah tangga pun bisa berkarya. Bisa mengekspresikan siapa dirinya. Pada kenyataannya, banyak yang menganggap bahwa (pekerjaan) sebagai ibu rumah tangga itu tidak memiliki manfaat hanya karena ia tidak menghasilkan uang, padahal ibu adalah poin penting dalam sebuah rumah tangga. Beberapa perempuan terkadang ada yang terintimidasi dan terdoktrin dengan pandangan semacam ini, hingga beberapa itu menjadi kecil hati dan pasrah ketika ketidakadilan menjamah mereka.
 

Karena itulah saya tidak ingin hal itu terjadi pada saya. Saya bukan wanita yang bisa menyerah begitu saja tanpa berjuang, dan menulislah tempat saya berjuang, tempat saya membuktikan diri bahwa saya bisa. Saya mampu dan memiliki manfaat. Saya bisa bermanfaat untuk orang-orang yang saya sayangi.
 

Saya tidak pernah mengatakan banyak hal pada suami saya selain, “Izinkan saya menulis.” Dan syukur alhamdulillah suami saya bukan tipe lelaki pengekang. Dia justru memberikan kebebasan pada saya dan berprinsip, selama saya bisa menjaga diri dan tahu akan tugas utama saya sebagai ibu dan istri, mengapa tidak? Yaa, walaupun kalimat itu tidak pecah secara langsung dari bibirnya, tapi sikapnya membuat saya paham.
 

Hal lain yang memotivasi saya berjalan di jalan ini adalah, saya juga ingin membuktikan bahwa menulis itu bukanlah sebuah bakat. Menulis tidak tergantung pada status sosial kita, apa pendidikan kita, atau siapa kita. Bagi saya, selama kita masih mau untuk terus belajar dan memiliki tekad yang kuat, kita bisa melakukannya. Saya hanya lulusan sekolah menengah atas, tapi saya yakin saya bisa melakukan hal yang sama, seperti mereka yang berpendidikan di atas saya. Saya yakin itu. Saya pun ingin memotivasi sahabat-sahabat saya yang beberapanya kurang percaya diri dalam kegiatan menulisnya hanya karena memiliki kesamaan dengan saya—latar belakang dan status. Saya ingin mereka juga bisa dan terus bersemangat dalam sesuatu yang dicintainya—menulis.
 

Selain itu, banyak hal yang bisa saya pelajari dari menulis dan membaca. Hal-hal yang selama ini tidak saya ketahui. Saya belajar memahami karakter, dan semakin peka terhadap apapun yang melintas di hadapan saya. Kemudian, saya ingin membagi hal-hal itu pada pembaca saya dengan cara-cara saya bercerita.
 

Yap. Itulah saya. Lalu, bagaimana dengan kamu. Mengapa kamu menulis?



Sidoarjo, 051015

1 komentar:

  1. aku ingin menulis...
    menjadi penulis...
    aku ingin abadi bersama sajak-sajakku..
    bermanfaat...
    menjadi penyair sebenar-benarnya penyair...
    iya, aku mencintainya.
    Menulis :

    BalasHapus