BALADA DARTO DAN GADIS BERMATA BIRU MUDA
Sumbuk menepi, fajar belum bermuka
Terdengar suara tangis di ujung utara
Darto muda mengendap langkah, memasang mata
Terlihatlah orok cantik berselimut nila
Gadis cantik kini telah remaja
Rambut gelombang mata biru muda
Dalam hening ia sering bertanya,
“Ibu di mana, Ayah?”
Membuat Darto renta mengaranglah sebuah balada
Hei, anakku, dengarlah kisah cinta ayahmu
Ibumu adalah lautan cantik yang menawan
Menggoda ayah menambatkan diri pada karangkarang ungu
Hei, anakku, ayah mabuk bukan kepalang
Menikahinya hingga tak pernah henti besenggama
Hidup bersamanya layaknya hadir dalam sebuah surga
Hei, anakku, kelahiranmu adalah berkah
Ia berkata, lautan tak bisa hidup bersama manusia
Maka menangislah ayah di punggungnya yang basah
Hei, anakku, ayah pulang membawa cinta
Mendidiknya hingga cantik jelita
Berbudi luhur dan berhati dewa
Gadis mata biru riang tak terkira
Mendekap Darto penuh suka cita
Pelan ia berbisik, pada cuping yang sudah menua
“Ayah, aku tahu engkau bohong, tapi kisahmu begitu
indah.”
-A.M.170315-
AKU AKAN DATANG MENEMUIMU
Tak ada senja di tempatku, ujarmu
Hanya kegelapan
Tak ada suara di tubuhku, ujarmu
Hanya kesunyian
Tak ada kebahagiaan di duniaku, ujarmu
Hanya kebusukan tentang kematian
Tak apa, jawabku
Aku ingin kegelapan yang paling pekat
Aku mencintai kesunyian yang paling hening
Aku mencumbui kebusukan layaknya kematian
Aku akan datang, jawabku
Di tubuhmu
Di mulutmu yang kokoh
Di dekapmu yang hangat
Di matamu yang penuh siksa tentang dosaku
Bukankah, tak ada cinta melebihi kesejatian sang mati?
Aku akan datang menemui
Sebentar lagi
Setelah kuhilangkan napasku
-A.M.170315-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar