“Bund, lihat ini,” suamiku yang sedang tertidur
di samping, tiba-tiba menyodorkan beberapa lembar kertas. Aku yang sedang asyik
bermain Blacberry seketika melirik ke
arahnya, mengamati kertas-kertas yang penuh dengan tulisan tercetak tebal itu.
“Apa itu?” tanyaku.
“Lihatlah, dari gaji Panda yang selama ini,
sekarang jadi segini.” Jari suami menunjuk sebuah deretan nominal angka,
“alhamdulillah ya, Bund?” lanjutnya.
Kulihat angka-angka itu. Jumlahnya lebih besar
dari gaji suami.
“Bukan ini saja, Panda juga mendapatkan tunjangan
makan dan uang transport setiap hari. Belum lagi tunjangan lain, seperti
pengobatan, tunjangan hari tua dan THR, yang selama ini tidak pernah Panda
dapatkan. Nanti jika anak-anak sakit dan opname di rumah sakit, kita tidak
perlu keluar uang lagi.”
Suamiku terus beceloteh dengan riang, menjelaskan
satu persatu manfaat yang telah dia dapatkan dari kenaikan status
kepekerjaannya. Dari golongan A menjadi golongan A1.
“Alhamdulillah ...” kusebut kata hamdalah, bersyukur
kepada Allah SWT. Yang telah meluluskan perjuangan suami dalam lima tahun.
Selama bekerja di salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang pakan ternak ternama di Indonesia, PT. JAPFA COMFEED
INDONESIA Tbk, suami masih berstatus pegawai kontrakan. Sudah berkali-kali dia
mengikuti tes kenaikan status, namun selalu kalah dengan pesaing yang rata-rata
bergelar S1. Sedangkan suamiku hanya lulusan Sekolah Menengah Atas.
“Gung, kamu itu sebenarnya memiliki skill yang
lebih berkualitas daripada pesaingmu. Hanya saja, bos besar lebih
memprioritaskan yang begelar sarjana. Kemampuan Bahasa Inggrismu oke, bahkan
melebihi aku. Lalu adminitrasimu juga lumayan, kamu teliti. Cuman ya itu,
keputusan bos besar.”
Demikian kata Pak Tony, kepala cabang di
Gedangan. Suami hanya pasrah dengan ketidakberuntungannya.
Dua tahun lalu, sempat suami down berat karena kembali tidak lulus. Begitu pulang kerja,
badannya lemas. Dari wajahnya tersirat kekecewaan yang besar. Memang sejak
kelahiran putri kami, Afiqha, aku sudah tidak bekerja lagi. Dan semua
tanggungan hidup dibebankan ke pundak suami seorang diri. Anak tiga, dua
diantaranya bersekolah. Uang makan, uang transportasi, cicilan rumah, dan
keperluan lainnya. Tetapi suami tidak pernah menyerah. Setiap ada peluang di
luar kerja kantor, dia selalu sigap menangkapnya. Ikut teman meretail mobil,
bisnis tiket pesawat terbang online, disewa mengantarkan orang ke luar kota, ya
apapun itu.
Dia suami yang sangat bertanggung jawab. Dan aku
bersyukur memilikinya. Pulang kerja hingga tengah malam, besoknya harus bangun
pagi untuk kembali bekerja. Subhanalloh ....
Tahun 2013 suami kembali mengikuti test kenaikan
status. Kala itu, dia tidak begitu menaruh besar harapannya. Sekedar mengikuti
dan berdoa saja. Jika memang ini adalah rejeki, pasti akan dia dapatkan.
Menunggu lama hingga bulan ketiga tahun ini,
akhirnya tiba juga kabar baik itu. Beberapa hari lalu, suamiku Agung Budi
Nugroho, telah menandatangani surat perjanjian kerja tertanggal 1 April 2014.
Maka, nikmat mana lagikah yang akan kau dustakan
^^ Allah akan selalu memberi setelah kita berjuang dengan sabar dan tidak
berhenti untuk selalu berdoa, meminta kepada-Nya. Cukup percayalah kepada-Nya,
karena janji Allah itu nyata.
Nda, 160414
Tidak ada komentar:
Posting Komentar