Semua tahu, kau adalah bajang
tua pemangsa perawan muda. Juga orok bayi yang masih memerah. Semua juga tahu
kau singgah pada mereka yang tengah berjiwa kosong. Hidup, dengan meninggalkan
Tuhan.
Mereka takut padamu. Pada
rumbai mahkota yang gimbal di kepalamu, tergerai mengerikan sepanjang lutut.
Juga pada kedua mata yang merah darah itu. Setiap kali kau melengking, keduanya
akan mengalirkan nanah busuk berbau anyir. Aroma yang sama seperti mayatmu.
Kuku-kukumu tajam. Siap
mencabik dan merobek rongga dada mangsamu. Mereka hitam legam, karena sisa-sisa
darah yang telah kering menggumpal. Juga kulit tubuhmu itu. Bersisik keras
dengan gurat-gurat seram. Dengan penampakan seperti itu, takkan ada seorang
manusiapun yang mau mendekati istanamu yang menjulang tinggi, merindang di
tengah-tengah pekuburan tua.
Tidak seorang manusiapun.
Hingga datanglah gadis jelita
yang menggendong luka di balik cupingnya. Kepada siapa dia bisa menyuarakan
cerita sedih yang tercekat pada suaranya yang melindap? Bahkan jejangkrik malam
pun takkan mampu mendengarnya bernyayi.
Kau lihat dia dengan mata
sembab menghampiri rumahmu. Menyematkan sebuah tali kain pada dedahan yang
kokoh, lalu mengikatnya kuat-kuat. Kau yakin sudah, gadis jelita itu hendak
berakhir di sini, di rumahmu, tempat kau mengakhiri jiwa, puluhan tahun lalu.
Sama seperti dia.
Tak terasa kengerianmu
melebur. Kau menjadi haru dan tersentuh padanya. Apa gerangan yang telah
membuatnya menjadi ingin mati? Apa? Kau coba menebak-nebak alur cerita
kehidupan sang gadis.
Bajang, akankah kau
menerkamnya juga? Menjadikannya santapan pada malam jum’at kliwon ini?
Matamu yang merah membeliak
itu tengah menatap sang gadis yang sedang pelan-pelan meletakkan leher jenjangnya
pada ikatan tali.
“Tunggu!” teriakmu seketika,
memecah sepi di pekuburan.
Gadis itu menengadah,
menatapmu yang tengah berdiri melayang. Seketika dia jatuh tersungkur. Suaranya
tak keluar. Hanya cekik-cekik ketakutan yang terekam telingamu. Tunggu, kau
baru menyadarinya. Iya, kini kau yakin sudah.
Bajang, gadis itu bisu.
***
Nda, 090514
Tidak ada komentar:
Posting Komentar